Menjadi Pemimpin Pembelajaran: Refleksi dan Perjalanan Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin dalam Program Guru Penggerak
Perkenalkan nama saya Zesy Davisca, S.Pd., Gr. Saya adalah salah satu guru di Sekolah Dasar Negeri 19 Prabumulih dan saat ini saya sedang menjabat sebagai Plt. Namun, saya masih tetap aktif mengajar di kelas 6. Pada tahun 2024 ini saya terpanggil untuk mengikuti pelatihan guru penggerak selama kurang lebih 6 bulan. Program Guru Penggerak ini memberi kesempatan pada saya untuk memperdalam ilmu dan meningkatkan kompetensi diri untuk menjadi pemimpin pembelajaran sebagai agen perubahan. Selama saya mengikuti program guru penggerak, banyak ilmu dan pengalaman bermakna yang saya rasakan terutama pada pendidikan yang berpihak pada murid, berkolaborasi dengan rekan sejawat, memahami nilai-nilai dan peran guru penggerak, membentuk Visi dan Misi sekolah yang berorientasi pada kebutuhan murid, menciptakan budaya positif di sekolah, membuat modul ajar berdiferensiasi terintegrasi PSE, menjadi seorang coach, dan pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin.
Perjalanan saya selama mengikuti kegiatan program guru penggerak mulai dari modul 1.1 sampai di modul 3.1, akan saya rangkum menjadi satu kesatuan sebagai bentuk refleksi dan tugas Koneksi Antar Materi pada modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan pemantik pada LMS.
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Pada modul 1.1 kita sudah mempelajari Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara beliau menyampaikan bahwa pendidikan adalah menuntun tumbuhnya kekuatan kodrat pada siswa, pendidikan berpusat pada siswa, dan pendidikan yang memperhatikan kodrat alam dan kodrat zaman. Selain itu seorang pemimpin pembelajaran (guru) harus berpedoman pada Filosofi Pratap Triloka, yaitu “Ing Ngarso Sung Tulodho” (pemimpin memberikan teladan), “Ing Madya Mangunkarsa” (pemimpin memberikan semangat dari tengah), dan “Tut Wuri Handayani” (pemimpin mendukung dari belakang). Kaitannya dengan pengambilan keputusan adalah seorang pemimpin pembelajaran (guru) menjadi teladan dalam setiap keputusan yang diambil. Keputusan yang bijaksana berdasarkan nilai-nilai kebajikan, berpihak pada murid dan bertanggung jawab. Di tengah, menjadi pemimpin yang mendorong kolaborasi untuk bermusyawarah dalam pengambilan keputusan. Di belakang, memberikan motivasi kepada rekan-rekan guru untuk memastikan terlaksananya keputusan yang telah diambil dengan penuh tanggung jawab dan berpihak pada murid.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang Guru adalah nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, berpihak pada murid, kejujuran, tanggung jawab, disiplin, toleransi, gotong-royong dan nilai kebaikan lainnya. Nilai-nilai kebajikan ini akan mempengaruhi prinsip-prinsip yang diambil saat membuat keputusan ketika pendidik menghadapi suatu masalah atau kasus.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Pendampingan dari fasilitator dan pengajar praktik selama pembahasan materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching banyak membantu saya dalam mempraktikan secara langsung, Pada kegiatan coaching ini, seorang coach akan memberikan pertanyaan-pertanyaan berbobot yang akan menggali potensi diri coache dalam menemukan solusinya sendiri, apakah berisi nilai-nilai kebajikan, berpihak kepada murid menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan serta memastikan coachee bertanggung jawab terhadap keputusan yang telah diambilnya.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Pada saat guru mengambil keputusan, seorang guru harus memiliki kemampuan dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya agar proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan kesadaran penuh, sadar akan hasil dan konsekuensi dari keputusannya serta bertanggung jawab. Ketika kita menguasai materi mengelola dan menyadari aspek sosial emosional, maka saat kita dihadapakan pada suatu kasus atau masalah yang mengandung dilema etika, kita tidak akan memutuskannya secara langsung, kita akan berhenti sejenak, menarik nafas yang panjang memberi jedah pada diri untuk memahami dan mempertimbangkan dengan baik kasus yang sedang dihadapainya sehingga keputusan yang diambil adalah keputusan bijaksana.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Nilai-nilai pribadi dan profesional yang dimiliki seorang guru berfungsi sebagai pedoman dalam membuat keputusan. Dalam studi kasus yang menyoroti masalah moral dan etika, nilai-nilai kebajikan ini akan menentukan apa yang dianggap benar atau salah.
Secara keseluruhan, nilai-nilai kebajikan seorang guru membentuk kerangka berfikir dan respon mereka terhadap masalah moral dan etika, memandu mereka dalam membuat keputusan yang berpihak pada murid dan dapat dipertanggung jawabkan.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat di lingkungan sekolah sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman bagi penghuni sekolah. Kebijakan sekolah yang dirancang dan diterapkan secara konsisten akan membantu menjaga keteraturan dan memastikan semua siswa mendapatkan hak nya serta perlakuan yang adil. Kebijakan yang jelas juga membantu menghindari kebingungan dan membentuk rasa yang aman dan nyaman.
Keputusan yang diambil menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dalam mengatasi kasus yang terjadi sangat membantu dalam menjaga kedamaian dalam komunitas sekolah. Dengan berfokus pada keputusan yang mempertimbangkan kepentingan kesejahteraan semua warga sekolah, sekolah dapat menciptakan lingkungan yang tidak hanya mendukung pembelajaran akademik, tetapi juga pengembangan sosial dan emosional yang holistik.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus yang sifatnya dilema etika adalah adanya pro dan kontra yang ditimbulkan dari keputusan yang sudah diambil, dan adanya rasa tidak nyaman jika keputusan yang sudah kita ambil tidak dapat memuaskan semua pihak, namun dengan berpedoman pada 4 paradigma, 3 prinsip serta mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan dapat meminimalisir perasaan tidak nyaman ini. Paradigma yang muncul juga perlu dianalisis apakah kasus ini melibatkan banyak kelompok, kesetian, belas kasihan dan mempengaruhi jangka panjang bagi pihak yang terlibat.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengambilan keputusan dalam konteks pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengajaran yang memerdekakan murid. Pendekatan ini bertujuan untuk memberdayakan siswa, memberi mereka kebebasan untuk mengeksplorasi minat mereka dan mendukung perkembangan potensi untuk masing-masing siswa sehingga terciptanya merdeka belajar. Keputusan untuk memerdekakan murid merupakan proses untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Untuk memutuskan pemenuhan belajar murid, bisa menggunakan pembelajaran berdiferensiasi.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Dalam mengambil keputusan kita sebagai pemimpin pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam membentuk pengalaman pendidikan siswa yang akhirnya mempengaruhi kehidupan serta masa depan mereka. Keputusan yang mendukung pengembangan karakter dan kemandirian dapat membantu siswa menjadi individu yang bertanggung jawab dan mandiri. Pemimpin pembelajaran yang membuat keputusan strategis dan bijaksana dapat memberikan dampak positif dan mendalam pada kehidupan dan masa depan siswa kita.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang dapat saya tarik dari pembelajaran di modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya adalah dalam pengambilan keputusan hendaknya seorang guru harus mempertimbangkan Filosofi Ki Hadjar Dewantara, mengintegrasikan Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak, Menciptakan Budaya Positif dan Mendukung Visi Guru Penggerak. ini memastikan bahwa keputusan yang diambil tidak pada kepentingan golongan, dan hasil jangka pendek, tetapi keputusan yang diambil harus berfokus pada kepentingan murid, dan berkontribusi pada perkembangan jangka panjang siswa dan komunitas sekolah.
Selain itu, pengambilan keputusan yang bijaksana dan strategis sangat penting dalam konteks pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial dan emosional, dan coaching supervisi akademik. Keputusan ini mempengaruhi bagaimana program, dan strategi dirancang, diterapkan serta dievaluasi kemudian bagaimana mereka dapat memberi manfaat yang signifikan bagi perkembangan akademik dan sosial emosional siswa.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Selama saya mempelajari modul 3.1 ini, pemahaman yang saya dapatkan adalah untuk sebuah kasus jika didalamnya mengandung unsur nilai-nilai kebajikan, dimana ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan yang sulit yang semuanya tampak benar secara moral tetapi bertentangan satu sama lain (benar lawan benar) merupakan bentuk dari kasus dilema etika, sedangkan jika dalam sebuah kasus seseorang harus menentukan keputusan antara benar atau salah (benar lawan salah) maka kasus tersebut adalah bujukan moral.
Kemudian 4 Paradigma pengambilan keputusan yaitu; 1) Individu Lawan Kelompok (individual vs community). Paradigma ini lebih menekankan peran individu, sementara yang lain lebih menekankan peran kelompok dalam proses pengambilan keputusan; 2) Rasa Keadilan Lawan Rasa Kasihan (justice vs mercy). Pengambilan keputusan yang rasional akan mempertimbangkan fakta dan data secara objektif untuk mencapai hasil yang adil dan berdasarkan prinsip-prinsip keadilan; 3) Kebenaran Lawan Kesetiaan (truth vs loyalty). Dalam paradigma ini, penekanan utama adalah memilih antara jujur atau setia kepada orang lain. kejujuran dan kesetiaan ini menjadi pertentangan yang berat; 4) Jangka Pendek Lawan Jangka Panjang (short term vs long term). Dalam paradigma ini, pengambilan keputusan cenderung didasarkan pada memilih keputusan jangka pendek atau jangka panjang.
3 Prinsip pengambilan keputusan yaitu; 1) Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), 2) Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan 3) Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).
Terdapat 9 Langkah Pengambilan Pengujian Keputusan dalam dilema etika yaitu (1) mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi tertentu, (2) menentukan siapa yang terlibat dalam situasi tersebut, (3) mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut, (4) melakukan pengujian benar atau salah, (5) melakukan pengujian paradigma benar dan benar, (6) melakukan prinsip resolusi, (7) investigasi Opsi Trilema, (8) membuat keputusan, dan (9) melihat kembali keputusan itu, lalu refleksikan.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Pernah, pada kasus moral dilema yang saya hadapi saya mengambil sebuah keputusan berdasarkan intuisi pribadi. Keputusan yang saya ambil dipengaruhi oleh nilai-nilai pribadi atau tekanan dari pihak lain tanpa menggunakan kerangka kerja yang terstruktur. Namun, setelah saya mempelajari modul ini saya mulai memahami dalam mengambil keputusan saya harus menggunakan panduan dan kerangka kerja yang terstruktur seperti menggunakan paradigman pengambilan keputusan, menerapkan prinsip pengambilan keputusan dan menggunakan 9 langkah penggambilan dan pengujian keputusan.
Perbedaan sebelum dan sesudah mempelajari modul terletak pada tingkat kesadaran dan refleksi diri saya dalam mengambil keputusan. Keputusan yang saya ambil harus berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan, tanggung jawab dan berpihak pada murid.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Saya menjadi mengerti bahwa dalam penyelesaian masalah atau kasus harus melalui tahap-tahap pengambilan keputusan, berdasarkan paradigma, prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan. Saya juga merasa bahwa keputusan yang saya ambil harus berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan universal, berpihak pada murid dan bertanggng jawab.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Dunia pendidikan sering dihadapkan pada situasi yang kompleks dan tidak pasti. Kemampuan untuk mengambil keputusan memungkinkan seorang pemimpin untuk mempertimbangkan dampak dan konsekuensi jangka panjangnya. Secara keseluruhan, mempelajari topik modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin dalam kasus dilema etika sangat penting karena sangat membantu pendidik membuat keputusan yang tidak hanya efektif tetapi juga adil dan beretika, sehingga berdampak positif bagi seluruh komunitas sekolah.
Prabumulih, 23 Oktober 2024
Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin
Balai Guru Penggerak
Tergerak, Bergerak, Menggerakan.
CGP Angkatan 11 Kota Prabumulih
Bacaan yang menarik sekali, menambah wawasan saya tentang kebijakan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan. Semangat terus berkarya ibu, semoga selalu dapat menginspirasi.
ReplyDeleteterima kasih bu putri, semoga bermanfaat.
DeleteBacaan yg sangat baik dan mengispirasi
ReplyDeleteterima kasih bu nur, semoga bermanfaat.
DeleteSangat menginspirasi...
ReplyDeleteSemoga kita tetap terus tergerak, bergerak, dan menggerakan....
Sangat menginspirasi Bu zesy, semoga bisa diimplementasikan.
ReplyDeleteGreat
ReplyDeleteTerimakasih Bu Guru Hebat atas ilmu dan pengalaman yang sudah dibagikan. Sangat membantu kami untuk menanamkan nilai-nilai yang harus ada pada diri seorang guru yaitu : mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, berpihak pada murid, kejujuran, tanggung jawab, disiplin, toleransi, gotong-royong dan nilai kebaikan lainnya.
ReplyDeleteWaw keren Bu zesy, rangkuman nya sangat lengkap, menginspirasi semoga ilmunya bermanfaat bagi semua.
ReplyDeleteGreat bu zesy.....Terima kasih sudah menginspirasi dan memberikan informasi bagaimana cara menanamkan nilai-nilai yang harus kita miliki sebagai guru.
ReplyDeleteSangat menginspirasi.
ReplyDeleteBu Zesy is the Best. Melalui Filosofi Pratap Triloka, yaitu “Ing Ngarso Sung Tulodho” (pemimpin memberikan teladan), “Ing Madya Mangunkarsa” (pemimpin memberikan semangat dari tengah), dan “Tut Wuri Handayani” (pemimpin mendukung dari belakang). Bu Zesy mengaitkannya dengan pengambilan keputusan adalah seorang pemimpin pembelajaran (guru) menjadi teladan dalam setiap keputusan yang diambil. Keputusan yang bijaksana berdasarkan nilai-nilai kebajikan, berpihak pada murid dan bertanggung jawab. Di tengah, menjadi pemimpin yang mendorong kolaborasi untuk bermusyawarah dalam pengambilan keputusan. Di belakang, memberikan motivasi kepada rekan-rekan guru untuk memastikan terlaksananya keputusan yang telah diambil dengan penuh tanggung jawab dan berpihak pada murid. Hal ini sangatlah penting untuk selalu tertanam pada jati diri seorang guru.
ReplyDeleteTerimakasih Bu Zesy.
Alhamdulillah menambah pengetahuan terima kasih Bu Zesy, semangat dan sukses
ReplyDeleteMasya Allah mantap luar biasa sukses selalu cekgur.
ReplyDeletePaparan materi yang disajikan sangat menarik, jelas, lugas dan sangat menginspirasi. Guru hebat, salam dan bahagia
ReplyDeleteLuar biasa Bu, sangat menarik dan menginspirasi sekali
ReplyDeleteilmu baru bagi saya, tapi melihat yang ibu tulips, bisa mengispirasi saya
ReplyDeletemenarik sekali bu Zesy, teruslah berkarya dalam dunia pendidikan
ReplyDeleteWow keren Bu zesy, rangkuman nya sangat lengkap, menginspirasi semoga ilmunya bermanfaat bagi semua.
ReplyDeleteMasyaallah.. sukses selalu bu zesy..
ReplyDeleteMenambah wawasan tentang pengambilan keputusan yang baik sebagai pemimpin. daya gedor
ReplyDeleteTulisan ibu zesy sangat menarik dan menginspirasi sekali ibu
ReplyDelete